Gerakanogoh-ogoh yang dikerjakan oleh 50 orang tim ini sendiri merupakan pengembangan dari gerakan ogoh-ogoh Sang Hyang Aji Ratu Sumedang yang cenderung vertikal. Kedux ingin meminimalisir hambatan yang pernah ia peroleh di ogoh-ogoh Kumbakarna yang sempat membuatnya kewalahan ketika Pangerupukan tahun 2019. Daya gravitasi yang besar membuat
DENPASAR - Sejak dikonsepkan dan dikerjakan akhir Januari kemarin, akhirnya Ogoh-ogoh Banjar Tainsiat, Denpasar Utara yang mengangkat tema Sang Hyang Aji Ratu Sumedang berhasil rampung di hari Pengrupukan, Jumat 16/3/2018. Dengan fokus pada karya dan visualisasi Sang Hyang Aji Ratu Sumedang, Banjar Tainsiat juga kembali berhasil menyita perhatian warga sekitar. Wiro, warga Gianyar misalnya harus rela bermandikan hujan untuk melihat Ogoh-ogoh dari Banjar Tainsiat ini. "Iya, di sini memang unik dan beda. Tiap tahun pasti ke sini. Ini mengejutkan. Yah, bagi saya ogoh-ogoh ini tak terduga. Mantaplah," ujarnya yang masih duduk dibangku sekolah ini. Ia juga mengakui tema dan kehebatan pembuatan ogoh-ogoh di Banjar Tainsiat. "Kalau di sini itu detail banget. Seperti gimana, yah... Misal dari wajahnya sangat terlihat seninya," ungkapnya terbata. * Caption Tampak Ogoh-ogoh Banjar Tainsiat yang telah rampung. Ogoh-ogoh Sang Hyang Aji Ratu Sumedang ini pula menyita perhatian banyak warga. Bahkan di luar Denpasar. BusYangmenarik di dalam rajah ini, kata 'utusan' dipakai untuk menyebutkan bayi yang baru lahir. Utusan yang lahir karena kasih sayang dan perwujudan dari Tuhan Yang Maha Kasih dan Sayang dan Yang Maha Kuasa. Tanpa kasih, sayang, dan kekuasanNya, utusan tidak akan lahir ke dunia. Sumber foto: kicaukisah.wordpress.com.
Diperkirakankekuasaan kabataraan Sunda kala itu dilanjutkan oleh Batara Prabu Guru Aji Putih di Gunung Tembong Agung, Prabu Guru Aji Putih adalah seorang tokoh yang menjadi perintis Kerajaan Sumedang Larang. Prabu Guru Aji Putih digantikan oleh puteranya yang bernama Prabu Resi Tajimalela, menurut sumber sejarah Sumedang Larang, Prabu Resi
PendahahuluanSumedang memiliki perjalanan sejarah yang sangat panjang. Berdasarkan data kesejarahannya, sebelum Indonesia merdeka, wilayah Sumedang pernah mengalami zaman prasejarah, zaman sejarah Sumedang kuno, zaman Kerajaan Sumedang Larang (1580-1620), zaman pengaruh Mataram (1620-1677), zaman Kompeni (1677-1799), zaman Pemerintah Hindia Belanda (1808-1942), zaman Pendudukan Jepang (1942DariSang Batari inilah mengemuka ajarannya yang dikenal sebagai Sang Hyang Siksakanda ng Karesian. Ajarannya ini masih dijadikan ajaran resmi pada zaman Prabu Siliwangi (1482-1521 M) yang bertahta di Pakuan Pajajaran. Kerajaan Galunggung ini bertahan sampai 6 raja berikutnya yang masih keturunan Batari Hyang.[6]
7 Sang Hyang Aji Ratu Sumedang 2018. Tampak Ogoh-ogoh Banjar Tainsiat yang telah rampung. Ogoh-ogoh Sang Hyang Aji Ratu Sumedang ini pula menyita perhatian banyak warga. Bahkan di luar Denpasar. (Tribun Bali/Busrah Ardans) Sama seperti ogoh-ogoh Bade Mas dan Sampian Mas, Sang Hyang Aji Ratu Sumedang juga diambil dari mitologi ilmu pengeleakan. (*) Lontardengan segala isinya merupakan salah satu warisan kekayaan rohani orang Bali yang memiliki arti yang sangat penting dan strategis. Lontar-lontar di Bali, secara kualitatif maupun kuantitatif memiliki nilai yang sangat berharga. Pembagian kepustakaan lontar Bali lebih disistematiskan menjadi : 1 Weda (weda, mantra, kalpasastra); 2 Agama .